Kill Bill: Vol. 1
(2003)http://www.imdb.com/title/tt0266697/
Genre: Action | Crime | Thriller
Director: Quentin Tarantino
Stars: Uma Thurman, David Carradine and Daryl Hannah
Size: 699 MB
Q: 720p
Sinopsis
Film keempat dari sutradara sableng Quentin Tarantino. Kali ini Tarantino kembali ke wujud asalnya—seorang fanatik grindhouse. Namun tetap menggunakan ciri khasnya. Sebagai sutradara yang tidak pernah membuat film buruk, itu juga bekerja pada Kill Bill volume pertama ini. Dan dengan sentuhan gaya film kelas B, Tarantino telah menciptakan paruh pertama saga yang mengeksploitasikan kekerasan sehingga hasil akhir filmnya menjadi berdarah-darah.
Sebut saja Sang Pengantin (Thurman), seorang pembunuh bayaran yang pensiun dan sedang mengandung ingin memulai hidup baru. Ketika latihan upacara pernikahan, sang boss Bill (Carradine) beserta anggota Deadly Assassin Vipernya mengacaukan segalanya. Membunuh semua orang pada gereja itu kecuali satu, Sang Pengantin yang ternyata koma. Setelah empat tahun berlalu dan tersadar bahwa dirinya telah kehilangan anakya, Sang Pengantin memburu lima orang yang sudah menghancurkan masa lalu dan anaknya.
Tetap menggunakan permainan alur tingkat tinggi. Plot di-Tarantino-kan menjadi seperti sebuah buku dengan bab-bab yang bersambung dan seperti biasa kejutan akan menanti. Karena Tarantino tahu alur campuran bisa memberi fakta-fakta baru yang susah diprediksi dan Pulp Fiction adalah wujud nyata pembuktiannya.Dan sebagai film kelas B, mohon batas-batas logika dan moral jangan terlalu dipikirkan. Karena pada naskahnya, Tarantino hanya memberikan penjelasan terhadap seluk beluk pada dunia Kill Bill itu sendiri. “Revenge is a cold dish served best” jelas-jelas tidak baik digunakan sebagai panutan hidup. Bahkan Sang Pengantin sempat diperingati oleh sang pembuat pedang asal Okinawa, Hattori Hanzo (Sonny Chiba) bahwa balas dendam bisa membuat orang tersesat. Namun karisma Hanzo kalah besar dengan dendam yang disimpan Sang Pengantin. Selain itu Hanzo juga bernai berkata Tuhan akan terpotong dengan pedangnya. Sungguh aneh pemikiran Tarantino saat menulis naskah film ini. Sekali lagi mohon hal tersebut jangan dipersoalkan.
Balas dendam merupakan tema utama dalam film ini. Seperti tema film kelas B lainnya, wanita yang menuntut balas serta pertarungan samurai mewarnai film ini. Mungkin sebagai penghormatan Tarantino terhadap film-film silat jabot era Shaw Brothers. Termasuk musik pengiring yang tiba-tiba berhenti. Bahkan logo Shaw Brothers digunakan sebagai pembuka film sendiri. Tarantino juga memberikan refrensi film-film cult. Seperti pada tokoh Oren-Ishii, yang sudah jelas berdasarkan tokoh utama Lady Snowblood yang diperankan Meiko Kaji (Tarantino juga memasukkan lagu jepang The Flower of Carnage yang dinyanyikan Meiko Kaji sendiri sebagai soundtrack), dan nama Yakuza mungkin diambil dari film Reiko Ike, Female Yakuza Tale. Lantas ide wanita bermata satu Elle Driver mungkin juga diambil dari tokoh utama film balas dendam favorit Tarantino, Thriller-They Call Her One Eye. Tak lupa ada blaxploitation dalam film ini.
Hal gila lainnya adalah pada sequence pertarungan di rumah Blue Leaves. Sang Pengantin dengan kostum yang diambil dari film terakhir Bruce Lee, Game of Death, membasmi setiap orang yang menghalangi misinya membunuh Oren-Ishii (Lucy Liu), seorang wanita campuran Cina-Amerika dan Jepang yang menjabat menjadi pimpinan mafia, sebagai nama pertama dalam daftar matinya. Terlibat pertarungan berdarah antara satu orang dengan satu orang—yaitu sang gadis murahan Gogo Yubari (Chiaki Kuriyama) yang membawa senjata super mematikannya—, serta satu orang dengan orang banyak—ketika Sang Pengantin dikeroyok pasukan pribadi Oren yang bertuksedo, memanggil mereka sendiri dengan nama Crazy 88 dengan pimpinan ksatria botak Johnny Mo (Gordon Liu). Itu seperti film-film Bruce Lee dimana disetiap penampilannya, tidak pernah absent dua atraksi seperti yang telah disebutkan di atas. Dan diakhiri dengan duel indah Sang Pengantin dan Oren-Ishii yang diselimuti salju berguguran.
Jika Anda perhatikan alasan Tarantino membuat sebagian adegan hitam putih pada pertarungan melawan Crazy 88 adalah bukan alasan artistik. Namun hanya untuk menghindari rating NC-17. Tetap saja itu merupakan rangkaian pertarungan yang seru. Dan penuh warna merah. Dengan kata lain Tarantino tidak rugi membayar Sonny Chiba dan koreografer Yuen Wo Ping karena mereka telah melakukan pekerjaan dengan sangat baik.
Seperti biasa, Tarantino sangat bagus dalam memperkenalkan para karakter dalam film ini sehingga mereka selalu tampak berkesan dalam pikiran kita. Lihat kehadiran pertama tokoh yang sebenarnya mengambil peran sentral dalam volume 2, sang pendekar wanita bermata satu Elle Driver, berjalan menyelusuri rumah sakit dengan iringan musik siulan horror Twisted Nerve dari Bernard Hermann. Itu adalah adegan singkat yang nyaris tak bermakna, tetapi mampu melekat dalam pikiran kita dalam jangka waktu yang sangat panjang. Bahkan kita pun dibuat kagum dengan sosok dingin Bill yang belum sempat terlihat—tapi setidaknya kita tahu wajah dari David Carradine, kan?
Dan mengenai kartun jepang atau biasa disebut anime itu yang digunakan sebagai media flashback asal-usul Oren-Ishii, terlihat sangat absurd dan konyol menghadirkan anime di tengah-tengah film keras seperti ini—walaupun kartunnya sendiri sangat sadis. Itu mengingatkan saya terhadap anime berdarah-darah yang kalau tidak salah berjudul Fist of the North Star. Entah karena alasan apa, tapi jujur saja sequence kartun jepang singkat itu sangat menyayat hati justru dengan iringan musik melodrama western spaghetti.
Tarantino sudah membuat sebuah mahakarya yang baru. Brilian. Walaupun baru setengah, setidaknya kita bisa mendapat gambaran betapa hebatnya volume 2 nanti. Dengan harapan setinggi langit, sambungan Kill Bill ini harus dapat memuaskan para fanatik Tarantino.
0 comments: